Sepuluh Pemain Paling Loyal
Di
masa modern seperti saat ini, masa di mana materi mendominasi segala
aspek kehidupan. Tak terkecuali di dunia olahraga, khususnya sepakbola,
materi dalam arti kata uang berperan penting dalam perjalanan karir
seorang pemain. Setiap bulan, bahkan setiap hari, kalau tidak berlebihan
setiap jam selalu muncul berita terbaru tentang transfer pemain
sepakbola. Hal ini berimbas pada mudahnya setiap pemain, terutama pemain
bintang untuk berpindah dari satu klub ke klub lainnya. Dan ini tentu
saja berimbas pada loyalitas pemain yang bersangkutan terhadap klub yang
dibelanya. Di mana pada saat ini sangat sulit mencari seorang pemain
sepakbola, khususnya pemain bintang yang benar – benar terhadap klub
yang dibelanya, terutama ketika klub tersebut berada dalam kondisi
sulit. Namun, dibalik itu semua ternyata masih ada sedikit pemain yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap klub yang dibelanya. Dan berikut ini
sepuluh pemain sepakbola paling loyal terhadap klub yang dibelanya.
10. Pavel Nedved

Nedved
bukanlah produk asli Juventus. Ia baru bergabung dengan Juventus pada
musim 2001 – 2002. Sebelumnya, ia pernah mebela Sparta Prague dan SS
Lazio. Saat masih berkostum Lazio ia merupakan pemain yang paling sering
menjebol gawang Juve ketika kedua tim bertemu. Hal inilah yang menurut
mantan Direktur Umum Juve, Luciano Moggi menjadi dasar pembelian Nedved,
agar Nedved tak pernah membobol gawang Juventus lagi. Namun ketika
telah berkostum Juventus, ia memberikan segalanya, memberikan gelar
scudetto,
Copa Italia, hingga
babak final Liga Champions Eropa, meski saat itu Nedved tidak dapat
bermain lantaran akumulasi kartu kuning, dan akhirnya Juventus pun harus
takluk dari AC Milan. Di tahun 2006 loyalitas Nedved terhadap Juve
benar – benar diuji. Juventus terkena kasus
Calciopoli
yang memaksa klub tersebut harus turun ke Seri B. Banyak klub besar
yang mencoba merayunya, namun Nedved bergeming. Ia lebih memilih bermain
untuk membawa Juventus kembali ke Seri A, meski harus main di kasta ke
dua. Saat ia telah menyatakan pensiun pun, Inter Milan masih mencoba
merayunya agar mau menunda masa pensiunya dan bermain untuk Inter. Namun
sekali lagi Nedved membuktikan loyalitasnya. Ia menolak tawaran
tersebut demi menjaga perasaan para penggemarnya yang berada di
Juventus.
9. Gianluca Pessoto

Ini
adalah loyalitas paling gila yang pernah ditunjukan oleh seorang
pemain. Akibat mendengar kabar Juventus yang terdegradasi, mantan pemain
Juve ini melompat dari lantai tiga apartemennya.
8. Gianluigi Buffon

Siapa yang tidak kenal sosok yang satu ini. 8 kali menjadi kiper terbaik Seri A, meraih bola perak UEFA European Footballer of The Year di tahun 2006, tiga kali menjadi kiper terbaik dunia, kiper terbaik Piala Dunia 2006, masuk dalam FIFA 100,
serta masih banyak lagi gelar – gelar individual yang pernah diraih
oleh sosok yang satu ini. Ini belum ditambah dengan raihan gelar bersama
klub – klub yang pernah dibelanya. Namun ada satu ironi dalam karir
pemain ini, yaitu pada tahun 2006, seusai perhelatan Piala Dunia 2006 di
Jerman, di mana saat itu ia berhasil membawa negaranya menjadi juara,
klub yang dibelanya, Juventus, harus terdegradasi ke Seri B akibat
skandal Calciopoli. Sontak,
banyak klub besar yang mencoba merayunya, bahkan dengan penawaran nilai
transfer yang fantastis. Namun, Buffon bergeming, ia menolak tawaran –
tawaran tersebut dengan mengatakan “infin mencoba bermain di Seri B”.
Meskipun kelihatannya sangat ironis, seorang kiper terbaik dunia, kiper
utama juara dunia, dan kiper termahal dunia hanya bermain di kompetisis
sekelas Seri B pada saat itu. Tapi, itulah loyalitas.
7. Raul Gonzalez Blanco
Raul adalah Pangeran Madrid. Hal ini seakan
tak terbantahkan hingga beberapa waktu sebelum musim ini (2010 – 2011)
dimulai. Kepindahannya ke Schalke 04 bukan didasari atas keinginannya,
namun karena memang tak ada lagi tempat yang tersisa baginya di skuad
Real Madrid besutan Jose Murinho pada musim ini. Banyak kesukseksan yang
diraihnya bersama El Real,
dan tak sedikit gelar yang diberikannya untuk klub ini, bahkan tiga
gelar Liga Champions Eropa disumbangkannya, 220 gol dicetaknya untuk
klub ini, dan yang paling penting ia adalah maskot klub ini. Banyak
cobaan pernah dihadapinya bersama klub ini, mulai dari dicadangkan
hingga nyaris dijual pada ke Chelsea. Namun semua itu tak pernah
melunturkan kecintaannya pada El Real dan kecintaan fans El Real terhadapnya meski tak lagi berbaju Madrid.
6.Gabriel Batistuta

Meskipun
patungnya dibakar saat kepindahannya ke AS Roma pada tahun 2000, namun
kecintaan Batigol terhadap Fiorentina tak terbantahkan. Saat mencetak
gol ke gawang Fiorentina, ia tidak melakukan selebrasi, bahkan ia
menangis. Batigol merupakan pujaan tifosi
La Viola,
julukan Fiorentina, selama bermusim – musim. Bahkan, saat klub ini
sempat terdegradasi ke Seri B pada tahun 1993 pun, ia tetap berseragam
La Viola. Sampai – sampai, berkat kontribusi dan kesetiaannya terhadap klub ini para
tifosi membuatkan sebuah patung dirinya yang pada akhirnya pun dibakar oleh
tifosi
tersebut saat ia pindah ke AS Roma pada tahun 2001. Kepindahannya pun
bukan tanpa sebab, namun lebih disebabkan keinginan klub yang ingin
mendapatkan dana segar akibat krisis keuangan yang sedang mendera
Fiorentina pada saat itu.
5. Ole Gunnar Solksjaer

Banyak
pemain yang bila bertahun – tahun menjadi cadangan maka ia akan
meninggalkan klub tersebut dan pergi ke klub lain. Karena memang hampir
tak ada pemain professional yang betah duduk di bangku cadangan. Namun
hal ini tidakberlaku bagi Ole Gunnar Solksjaer dan justru menjadi
kelebihan serta cirri khasnya. Meski lebih sering duduk di bangku
cadangan, tak pernah sedikit pun terbesit keinginannya untuk
meninggalkan klub ini sampai ia pensiun pada tahun 2007. Dan ia sering
menjadi penyelamat tin ini pada saat – saat genting, meski baru
dimasukan menjelang pertandingan berakhir. Contohnya saat final Liga
Champions Eropa pada tahun 1999. Dan kesetiaannya terhadap MU berbuah
penghormatan yang sangat besar terhadapnya dari
fans maupun pemain MU lainnya sampai saat ini.
4. Alessandro Del Piero
Del Piero adalah pujaan tifosi Bianconerri. Banyak gelar yang telah diberikannya kepada Juve. Tak kurang dari Liga Champions Eropa, Scudetto, Copa Italia,
serta banyak gelar lainnya. Sejak bergabung dengan klub ini pada tahun
1993, balum pernah seklipun Del Piero pindah klub lain. Meski banyak
klub yang pernah menawarnya. Bahkan ketika Juve harus terdegradasi ke
Seri B pun ia merupaka salah satu orang pertama yang meyatakan
keinginannya untuk tetap tinggal di Juventus.
3. Francesco Totti

Sudah
banyak klub yang dibuat patah hati oleh Totti. Bahkan klub sekelas Real
Madrid pun ditolaknya. Loyalitasnya kepada AS Roma memang patut
diacungi jempol. Meski klub ini sdang berada dalam krisis keuangan, ia
tetap setia berbaju merah, warna kebanggaan klub dari kota Roma ini.
Bahkan ialah ispirator kebangkitan klub ini, saat ia absen permainan
Roma sering terganggu, tak jarang Roma malah mengalami kekalahan. Bentuk
kesetiaannya terhadap klub tak hanya dengan menampilkan permainan
terbaik di atas lapangan, namun juga dengan tindakan di luar lapangan.
Fabio Capelo dan Antonio Cassano merupakan dua orang yang pernah terkena
mulut pedas Totti. Capelo disindir Totti tatkala berkhianat pindah ke
Juventus dan Casano malah lebih parah, ditegurnya karena berkelakuan
tidak baik yang dapat mengganggu stabilitas tim.
2. Paolo Maldini
Siapa
yang berani menyangsikan loyalitas Paolo Maldini kepada AC Milan ? Saya
rasa tak ada yang berani. 24 tahun hanya membela satu klub, mungkin
hanya sedikit pemain yang bisa menandinginya. Banyak gelar bergengsi
yang telah diberikannya kepada Milan. Dan memang tak perlu banyak
dibahas lagi, hampir semua penggila sepak bola dunia tahu tentang
kualitas dan loyalitas seorang Paolo Maldini. Salah satu legenda hidup
sepakbola Italia dan Dunia.
1.Angelo Di Livio

Fiorentina
bubar pada tahun 2002 dan berdirilah sebuah klub baru yang bernama
Florentina Viola pada tahun yang sama. Pendirian klub ini dikarenakan
merk dagang A.C Fiorentina telah disita oleh pengadilan akibat krisis
keuangan yang melanda klub tersebut. Angelo Di Livio, salah satu pemain
Fiorentina sekaligus salah satu pemain yang baru pulang dari Piala Dunia
2002 di Korea dan Jepang, tetap setia bermain di klub tersebut. Ia
memilih tetap bertahan meski bukan lagi di Fiorentina melainkan jelmaan
lain dari klub tersebut Flonrentina Viola. Sangat ironis karena ia hanya
bermain di Seri C2, sangat tidak pantas bagi seorang pemain inti dari
skuad Tin Nasional Italia, salah satu tim nasional yang dianggap terbaik
di dunia. Selain itu, ia hanya menerima gaji kurang lebih 10% dari gaji
yang sebelumnya ia terima. Sungguh – sungguh loyalitas yang luar biasa.
Dan perjuangannya pun tidak sia – sia karena setahun kemudian nama
Fiorentina ditebus kembali oleh seorang pengusaha dari kota Florence,
Diego Della Vale. Fiorentina pun mendapat jatah langsung bermain di Seri
B setelah terjadi kasus yang hampir serupa yaitu kebangkrutan beberapa
klub yang mengharuskan klub – klub tersebut turun kasta, dan Fiorentina
mendapat jatah tersebut karena melihat sisi sejarah klub tersebut.
Setahun kemudian Fiorentina berhasil promosi ke Seri A lagi. Dan semua
ini tentu saja tak lepas dari peran seorang Angelo Di Livio. Seorang
pemain dengan loyalitas teramat tinggi. Di Livio telah membuktikan bahwa
uang bukanlah segalanya.